![]() |
Vidi bersama pengurus dan anggota DPD Apersi Aceh |
Bandar Lampung. Wakil
Ketua DPP Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia
(Apersi) Vidi Sufriadi, mengatakan, langkah untuk mensukseskan program sejuta
rumah pemerintah saat ini terkendala perizinan dan sertifikat dari Badan
Pertanahan Nasional (BPN).
“Ada dua kendala
klasik yang dialami Apersi untuk membangun perumahan rakyat, yakni
masalah perizinan dan sertifikat dari Badan Pertanahan Nasional (BPN),” kata Vidi kepada sebagaimana dikutip dari netralitas.com di Banda Aceh, Kamis (13/10).
Menurutnya kedua hal
tersebut menjadi masalah utama dan klasik yang dihadapi Apersi di seluruh
Indonesia. Hingga saat ini, kendala itu belum bisa diatasi karena belum adanya
standarisasi dan payung hukum yang dihasilkan oleh pemerintah pusat.
“Ini memang kendala
yang dihadapi. Kalau hal-hal yang lain masih bisa ditolerir dan dicari
solusinya. Ini menghambat terwujudnya percepatan program pemerintah secara
ideal untuk membangun satu juta rumah,” sebutnya.
Dikatakan Vidi, guna
mengatasi hal itu DPP Apersi akan melakukan komunikasi dan pendekatan dengan
pemerintah pusat, agar segera membahas dan mengelurkan payung hukum yang selama
ini jadi masalah.
“Kami DPP Apersi akan
melakukan pendekatan, lobi dan komunikasi dengan stakholder pusat. Karena
pemerintah di daerah-daerah sedang menungu payung hukum yang disahkan oleh
pemerintah pusat untuk ditindaklanjutin di daerah masing-masing,” sebutnya.
Ia menjelaskan, belum
adanya payung hukum yang dihasilkan oleh pemerintah pusat, membuat pemerintah
daerah tidak bisa membuat produk hukum lanjutan guna mengimplementasikan
program pemerintah tersebut.
“Saya menyimpulkan
bahwa pemerintah di daerah-daerah sedang menunggu produk hukum dari pusat untuk
mensukseskan program perumahan rakyat,”ungkapnya.
Ia juga menyatakan,
penyediaan dan pembangunan perumahan rakyat sangat potensial dilaksanakan di
Aceh dengan melihat idikasi dan indikator yang ada saat ini.
“Aceh akan menjadi
salah satu pusat pertumbuhan ekonomi yang punya nilai tinggi. Saya juga
optimisme dan apresiasi yang tinggi terhadap potensi ini. Sehingga harus
disikapi dan diantisipasi sedini mungkin agar pengurus DPD Apersi Aceh bisa
siap untuk menghadapi dan menerima pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat ini,” terangnya.
Apersi sebagai mitra
pemerintah, lanjutnya, pihaknya melihat pemerintah merespon dengan positif
mendukung penuh. Sekali lagi, hanya perizinan dan sertifikat BPN yang menjadi
kendala.
“Kami perlu payung
hukum. Cuma itu yang dibutuhkan pemerintah daerah. Jadi kalau regulasi dan
payung hukum sudah terbentuk, saya sangat optimis bisa segera dilaksanakan
Apersi di daerah,” katanya.
Hal serupa juga
dikatakan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Apersi Aceh, Afwal Winardi, ihwal
masalah yang dihadapi Apersi.
“Kendala yang dihadapi
Apersi Aceh saat ini ada pada sertifikat kepemilikan tanah,” katanya.
Diungkapkanya, upaya
dan dukungan yang diberikan oleh pemerintah sudah sangat bagus, baik pemerintah
Aceh maupun pemerintah daerah.
“Dukungan dari
pemerintah sudah banyak dan sangat baik,” ujarnya.
Dia juga
berterimakasih kepada DPP Apersi yang telah datang ke daerah untuk melihat dan mengetahui
langsung permasalahan yang dihadapi Apersi. Pertemuan dengan DPP Apersi juga
dihari pihak notaris Aceh dan BPN. Hal ini dilakukan agar merak mengetahui
kendala dan oermasalahan yang di hadapi Apersi.
“Kami sangat
berterimakasih kepada DPP Apersi yang sudah datang ke Aceh untuk melihat dan
mencari tahu mengetahui permasalahan yang dihadapi Apersi di daerah-daerah. Ini
juga kita lakukan agar pihak notaris dan BPN mengetahui permasalahan yang kita
hadapi. Dan ternyata banyak permasalahannya,” pungkasnya.
Lebih lanjut ia
mengatakan, Apersi Aceh akan melakukan pertemuan serupa di daerah untuk
megetahui permasalahan yang selama ini dihadapi.
“Nantinya setelah kita
rangkum permasalahan tersebut, akan kita atasi dengan melakukan MoU dengan
Kanwil BPN. Harapan kita sejuta rumah ini dapat berjalan sesuai dengan yang
direncanakan oleh pemerintah dan supaya program ini cepat dirasakan masyarakat
yang berpenghasilan rendah,” harap dia.(red)
0 komentar:
Posting Komentar